QISHAH : SAYYIDINA ABU SUFYAN BIN HARB RA.
Abu Sufyan bin Harb adalah tokoh utama kaum kafir Qurasy. Setelah kekalahan di Perang Badar, dan tokoh-tokoh kaum Quraisy seperti Abu Jahal, Utbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabiah, Umayyah bin Khalaf, Walid bin Utbah dan beberapa lainnya, terbunuh di perang tersebut, Abu Sufyan yang muncul sebagai pemimpin Quraisy Makkah, layaknya ia seorang raja saja. Pada hari pembebasan atau penaklukan Kota Makkah (Fathul Makkah), Abu Sufyan bin Harb sama sekali tidak diusik oleh Nabi SAW. Padahal beberapa tokoh Quraisy yang sama kerasnya memusuhi Islam seperti dirinya sempat dihalalkan darahnya (boleh dibunuh), walaupun memang pada akhirnya banyak yang diampuni oleh beliau. Bahkan ia sempat diistimewakan dengan sabda beliau, "Siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, ia aman…!" Memang, ketika Nabi SAW bersiap-siap menggerakkan pasukan ke Makkah, Abu Sufyan telah berada di Madinah dengan maksud memperbaharui Perjanjian Hudaibiyah. Ia sempat singgah di rumah putrinya yang juga istri Rasulullah SAW, Ummu Habibah, tetapi ia tidak mendapat sambutan yang menggembirakan. Bahkan untuk duduk di tikar milik Rasulullah SAW saja ia dilarang oleh putrinya tersebut, dengan alasan masih kotor, yakni musyrik. Abu Sufyan sempat berbicara dengan Nabi SAW tetapi beliau agak mengabaikannya. Ia juga meminta jaminan perlindungan kepada beberapa sahabat, termasuk Ali bin Abi Thalib, tetapi ia tidak memperoleh apa yang diharapkan. Kebanyakan dari mereka merasa takut, karena Nabi SAW telah memutuskan untuk menyerang dan menaklukkan Kota Makkah. Namun demikian ia memutuskan untuk tetap bersama pasukan muslimin yang sedang bergerak menuju Makkah. Ketika pasukan muslim tiba di Marr Azh Zhahran, dengan bantuan Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi SAW, Abu Sufyan berhasil menemui Nabi SAW, dan akhirnya ia memeluk Islam atas dorongan dari Abbas. Entah apa motivasi dasarnya, tetapi yang jelas ia mengungkapkan kekaguman dan pengakuannya bahwa pasukan muslim begitu besar, dan orang-orang Quraisy tidak akan mampu menahan jika Nabi SAW benar-benar menyerang Makkah. Pada malam harinya pada hari Penaklukan Makkah itu, istrinya, Hindun berkata kepada Abu Sufyan bin Harb, "Sesungguhnya aku mau berbai'at kepada Rasulullah SAW." "Aku melihat kamu ini masih kufur!" Kata suaminya. Hindunpun berkata, "Demi Allah! Demi Allah! Tidak pernah aku melihat sebelum ini, Allah disembah dengan sebenar-benarnya, sebagaimana telah dilakukan oleh Muhammad dan sahabat-sahabatnya di masjid ini (Masjidil Haram) pada malam hari ini. Tidaklah mereka menghabiskan malam, kecuali dengan ruku, sujud dan thawaf hingga subuh." Abu Sufyan bertanya, "Apakah kamu melihat semua ini dari Allah?" "Ya, ini memang dari Allah!!" Kata Hindun dengan tegas. Pagi harinya, ketika ia menemui Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau berkata kepadanya, "Semalam engkau telah bertanya kepada Hindun : Apakah ini semua dari Allah? Dan ia menjawab : Ya, ini memang dari Allah." Seketika Abu Sufyan memandang Nabi SAW penuh kekaguman. Ia mungkin telah menyatakan diri memeluk Islam saat Nabi SAW dalam perjalanan ke Makkah. Tetapi pada pagi hari itu ia merasakan kebenaran telah merasuk ke dalam sum-sum dan jiwanya, sehingga sekali lagi ia menyatakan syahadatnya di hadapan Nabi SAW dengan segenap ketulusan hatinya. Kemudian ia berkata, "Demi Allah, tidak ada yang mendengar ucapanku itu selain Hindun!!" Dalam perang Thaif, perang pertama yang diikutinya sebagai muslim, ketika sedang makan di kebun Abu Ya'la, Sa'id bin Ubaid berhasil memanahnya dan melukai matanya. Ia datang kepada Nabi SAW dan berkata, "Wahai Rasulullah, mataku ini cedera di jalan Allah!" Nabi SAW tersenyum mendengar pengaduannya tersebut. Beliau bersabda, "Jika kamu mau, aku akan berdoa kepada Allah agar penglihatanmu kembali seperti sediakala. Atau jika tidak, untukmu surga karena cederamu ini!" "Aku memilih surga saja, wahai Rasulullah!" Kata Abu Sufyan. Maka ia menjalani sisa hidupnya dengan mata yang cedera, dan bersabar atasnya.
Komentar
Posting Komentar