ISIS : HADITH SAYYIDINA ALI KRWH. TENTANG CIRI-CIRI MEREKA*
Syekh Hasan bin Farhan Al Maliky |
Banyak teman bertanya tentang status riwayat yang diriwayatkan Nu’aim bin Hammad dari Imam Ali tentang pensifatan Ash-habud Daulah (Pemilik Negara) apakah ia shahih?
Sedangkan sanadnya Hasan -dengan bantuan bukti-bukti penunjang (qarain)- apalagi realita di lapangan membenarkannya. Selain itu, ia adalah atsar tentang “prediksi masa yang akan datang”, ia bukan terkait tentang hukum Syari’at. Maka atsar ini shahih (insyaallah).
Kami akan sedikit merincinya. Nash atsar itu terdapat dalam kitab al Fitan karangan Nu’aim bin Hammad sebagai berikut:
ﺍﻟﻨﺺ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻔﺘﻦ ﻟﻨﻌﻴﻢ ﺑﻦ ﺣﻤﺎﺩ : [ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﻟﻮﻟﻴﺪ ﻭﺭﺷﺪﻳﻦ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻟﻬﻴﻌﺔ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻗﺒﻴﻞ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺭﻭﻣﺎﻥ ﻋﻦ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻃﺎﻟﺐ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ : ﺇﺫﺍ ﺭﺃﻳﺘﻢ ﺍﻟﺮﺍﻳﺎﺕ ﺍﻟﺴﻮﺩ ﻓﺎﻟﺰﻣﻮﺍ ﺍﻷﺭﺽ ﻓﻼ ﺗﺤﺮﻛﻮﺍ ﺍﻳﺪﻳﻜﻢ ﻭﻻ ﺃﺭﺟﻠﻜﻢ، ﺛﻢ ﻳﻈﻬﺮ ﻗﻮﻡ ﺿﻌﻔﺎﺀ ﻻ ﻳﺆﺑﻪ ﻟﻬﻢ، ﻗﻠﻮﺑﻬﻢ ﻛﺰﺑﺮ ﺍﻟﺤﺪﻳﺪ، ﻫﻢ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﺪﻭﻟﺔ، ﻻ ﻳﻔﻮﻥ ﺑﻌﻬﺪ ﻭﻻ ﻣﻴﺜﺎﻕ، ﻳﺪﻋﻮﻥ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﻟﻴﺴﻮﺍ ﻣﻦ ﺃﻫﻠﻪ، ﺃﺳﻤﺎﺅﻫﻢ ﺍﻟﻜﻨﻰ ﻭﻧﺴﺒﺘﻬﻢ ﺍﻟﻘﺮﻯ، ﻭﺷﻌﻮﺭﻫﻢ ﻣﺮﺧﺎﺓ ﻛﺸﻌﻮﺭ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ، ﺣﺘﻰ ﻳﺨﺘﻠﻔﻮﺍ ﻓﻴﻤﺎ ﺑﻴﻨﻬﻢ، ﺛﻢ ﻳﺆﺗﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺤﻖ ﻣﻦ ﻳﺸﺎﺀ ] ﺍ . ﻫـ .
Al Walid dan Rusydin mengabarkan kepada kami dari Ibnu Luhai’ah (Lahi’ah) dari Abu Qabil dari Abu Ruman dari Ali bin Abi Thalib ra., ia berkata: “Jika kamu menyaksikan bendera-bendera hitam maka tetaplah di tanah dan jangan menggerakkan tangan-tangan dan kaki-kaki kamu. Kemudian akan muncul satu kaum yang lemah tidak dihiraukan (rendahan), hati mereka bagaikan batangan baja (kaku-keras). Mereka adalah pemilik negara/kekuasaan, mereka tidak setia kepada perjanjian dan kesepakatan, mereka mengajak kepada al haq tetapi mereka bukan ahlinya (yang berpegang teguh kepadanya). Nama-nama mereka menggunakan abu … abu …, nisbat mereka kepada desa-desa. Rambut mereka terjulur bagaikan rambut para wanita . Setelah itu mereka berselisih di antara sesama mereka sendiri , kemudian Allah menyerahkan al haq/kekuasaan-Nya kepada siapa yang Ia kehendaki.”
Perawi Dalam Sanad:
1). Nu’aim bin Hammad al Khuza’i , penulis kitab. Beliau salah satu guru besar al Bukhari, walaupun masih diperselisihkan kualitasnya.
Dan kedua gurunya yaitu:
2). Al Walid bin Muslim dan 3) Rusyaid.
Al Walid bin Muslim seorang ulama penduduk Syam . Melakukan tindakan Tadlis taswiyah (memanipulasi dalam meriwayatkan hadis) hanya saja riwayatnya didukung oleh riwayat Rusyaid bin Sa’ad . Dan ia (Rusyaid) dha’if/lemah dalam periwayatan hanya saja dukungannya dapat diterima sesuai dengan syarat yang ditetapkan Ahli Hadis.
4). Guru keduanya yaitu Ibnu Luhai’ah.
Ia seorang Qadhi/Jaksa dan ahli fiqih negeri Mesir. Ia juga masih diperselisihkan, hanya saja hadisnya terdapat di kitab-kitab Sunan (kitab Hadis).
5) Guru Ibnu Luhai’ah yaitu Abu Qabil al Ma’afiri.
Ia seorang Tabi’in yang senior. Ia tsiqah/jujur terpercaya dan alim tentang peristiwa-peristiwa peperangan.
6) Abu Ruman yang meriwayatkan langsung dari Imam Ali.
Ia sepertinya tidak dikenal, hanya saja riwayatnya dari Abu Qabil darinya sedangkan ia itu dikenal banyak mengetahui riwayat tentang malahim (kejadian-kejadian masa akan datang) menguatkan statusnya.
Jadi secara global dapat dikatakan sanad ini lemah. Tapi bisa juga kamu katakan Hasan sanadnya jika bukti-bukti pendukungnya tersedia, seperti realita membenarkannya dan kedalaman ilmu Abu Qabil tentang peristiwa-peristiwa masa akan datang.
Mengapa demikian?
Karena mereka mengetahui bahwa mayoritas hadis dan atsar itu bersifat dzanni (tidak pasti seratus persen), yang bersifat qath’i sangat jarang. Kalimat: “Ini hadis shahih insyaallah” yang dicemooh sebagian orang yang tidak mengerti sebenarnya adalah metode kaum berakal dari kalangan Ahli Hadis seperti Abu ‘Uwanah dalam kitab Mustakhrajat Abu ‘Uwanah, 6/415, ia berkata:
“Dan hadis-hadis riwayat Mathar menurutku ia tidak mengeluarkan (meriwayatkan)nya. Dan ia shahih insyaallah.”
Demikian juga dengan al Hakim dalam al Mustadrak, 1/166: “Hadis riwayat Abu al Hubab shahih insyaallah.”
Dan begitu pula al Haitsami dalam kitab
Majma’ az Zawaid , 2/75 berkata: “Dan telah lewat hadis riwayat Abdullah bin ‘Amr dalam Bab Mendekat kepada Pembatas adalah hadis shahih insyaallah.”
Begitu juga dengan Ibnu Abdil Barr dalam kitab Jami’ Bayan al Ilmi wa Fadhlihi , 3/153: “Dan kedua hadis ini shahih insyaallah.”
Dan menurut al Albani redaksi itu datang sebanyak sepuluh kali. Hal ini wajar.
Kembali Kepada Hadis/Atsar Dari Imam Ali
Hadis dari Imam Ali tentang pensifatan ISIS tampak bagi saya bahwa ia shahih insyaallah. Dan ketika saya mengatakan hadis Ali tentang pemilik kekuasaan/negara itu shahih menurut penilaian saya, maka adalah hak Anda untuk mengatakannya:
“Hadis itu batil menurut saya.” Sebab seperti berulang kali saya katakan bahwa mayoritas hadis berada dalam ranah dzan dan keraguan serta tarjih (pengunggulan).
Dan bukti-bukti keshahihannya menurut saya adalah sebagai berikut:
(1) Setiap redaksi dalam hadis itu sangat jeli dalam mensifati ISIS, seperti ucapannya: “Mereka orang-orang yang tidak dihiraukan (rendahan) hingga: “seperti rambut para wanita. Dan akan terjadinya perpecahan di antara mereka. Jadi redaksi itu sangat jeli.
(2) Imam Ali memiliki pengatahuan tentang fitnah-fitnah (yang bakal tetjadi di akhir zaman) dan peristiwa-peristiwa. Beliau lebih mengetahui semua itu daripada Hudzaifah yang mengetahui nama-nama sahabat yang berniat membunuh Nabi secara diam-diam. Ali juga mengetahuinya.
Kembali Kepada Hadis ISIS dan Redaksi:
(1) Mereka orang-orang yang diabaikan/tidak dihargai. Kondisi ini sesuai kenyataan. Tidak ada yang menghiraukan mereka sehingga mereka menduduki separoh Irak dan mengalahkan pemberontak Suriah.
(2) Hati-hati mereka bagaikan batangan baja… Ini juga nyata. Kekakuan hati mereka adalah kenyataan yang disepakati. Karenanya mereka terjunjung tinggi di kalangan Salafy (Salafy adalah sumber rujukan pemikiran ISIS. Fatwa-fatwa menghalalkan membunuh kaum wanita dan bocah-bocah adalah fatwa Salafi).
Kemudian redaksi kunci dalam hadis itu.
(3) Mereka pemilik negera (daulah) . Ini adalah kata kunci… Ia rahasia. Ia mukjizat. Ini juga terealisasi pada mereka, tidaklah mungkin dibuat-buat secara palsu oleh seorang pun sebelum 1200 tahun yang lalu.
(4) Mereka tidak menepati janji dan kesepakatan … Ini juga sesuatu yang pasti pada mereka. Dr. Al Mis’ari memiliki kajian terinci tentang kisah-kisah ingkar janji dan pembatalan kesepakatan sepihak mereka, bagaimana mereka menghabisi nyawa delegasi pihak lain dan juga para tamu. Memang sangat mengherankan sekali!
(5) Mereka mengajak kepada al haq sedangkan mereka bukan ahlinya. Ini juga terwujud pada mereka. Karena itu mereka menipu banyak orang sehingga mereka dianggap pemegang teguh agama. Pengenalan tentang sejatinya mereka sangat rapuh, karena manusia hanya mengikuti bayang-bayang mereka belaka.
(6) Nama-nama yang mereka pakai adalah kun-yah (dengan nama depan abu atau ummu) dan nisbah mereka mengguanakan desa. Abu Fulan al Baghdadi, atau fulan as Syisyan, Abu Fulan al Indonesiy, Abu Fulan al Libi. Ini juga terwujud pada mereka bukan hanya pada segelintir mereka saja.
(7) Rambut-rambut mereka terjulur seperti rambut para wanita.. . Ini juga aneh sekali. Ini membuktikan bahwa para sahabat dan Tabi’in tidak menngunakan gaya rambut seperti itu. Panjang rambut mereka sedang-sedang saja, tersisir rapi seperti para bangsawan.
Kira-kira Tujuh sifat/kriteria secara bersatu terkumpul pada mereka, tidak terkumpul pada selain mereka. Semua kelompok selain mereka (ISIS) paling tidak mereka tidak memiliki (mendirikan) negara, tidak terkecuali Taliban, mereka tidak merangkum seluruh sifat tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa ilmu/informasi tentang berbagai peristiwa masa depan tidak seluruhnya batil/palsu , dan tidak harus disyaratkan keshahihan sanad selama bukti peristiwanya di pentas kejadian riil, dan terkumpul secara lengkap pada ISIS.
Berlebih-lebihan dalam menjadikan sanad sebagai acuan tunggal hanya diadop oleh para Ahli Hadis yang berkeras-keras.
Nabi saw sendiri tidak mensyaratkan keshahihan sanad sebagai acuan, seperti yang dilakukan para ekstrimis dari kalangan Ahli Hadis, seperti ketika pengetahuan beliau tentang keadilan Raja Najasyi. Andai Nabi saw mensyaratkan agar khabar/berita yang sampai kepada beliau itu harus melalui sanad yang shahih, seperti si perawi itu seorang yang Adil (baik dan shaleh), kuat hafalannya, Muslim dan sanadnya bersambung dari perawi atasnya yang juga menyandang kriteria yang sama tanpa dirusak oleh keganjilan dan penyakit perusak berita. Jika demikian Nabi saw memberlakukannya pastilah hilang pengetahuan-pengetahuan.
Di sana memang ada berita yang bersifat mutawatir yang tidak butuh lagi kepada sanad dan ada juga berita-berita yang sanadnya itu ya bukti-bukti pendukung kebenarannya itu sendiri… Ada berita yang dibenarkan oleh realitanya sendiri… Berita seperti ini dapat diterima dan tidak disayaratkan syarat-syarat yang biasa diterapkan untuk menerima hadis.
Selain itu, Ahli Hadis boleh jadi telah meriwayatkan sebuah berita/hadis dengan sanad yang shahih sementara kenyataan ia adalah hadis yang batil/palsu seperti contoh hadis Al-Jasasah, dan kebanyakan -jika tidak keseluruhan- hadis tentang Dajjal. Demikianlah, di sana ada tolok ukur di luar yang biasa diberlakukan Ahli Hadis.
KESIMPULAN:
Bahwa peluang masih terbuka lebar, seorang dari kalian bisa menerima kebenaran atsar ini dan yang lainnya juga boleh menolaknya karena kedha’ifan pada sanadnya.
Dan bendera hitam yang pasti bukan bendera mereka -sesuai dengan atsar di atas- sebab ia muncul setelah mereka.
*Oleh: Syekh Hasan bin Farhan Al Maliky
Komentar
Posting Komentar